Sabtu, 17 November 2018

Reaksi Substitusi

Substitusi Nukleofilik
Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan:



Gugus pergi merupakan basa lemah
Reaktivitas:   R-I  >  R-Br  >  R-Cl  >>  R-F

Jenis Nukleofil :
a.      Anions
b.      Species netral

Nukleofilisitas 
Nu sangat baik            :           I, HS, RS, H2N
Nu baik                       :           Br, HO, RO, CN, N3
fair Nu                         :           NH3, Cl, F, RCO2
Nu buruk                     :           H2O, ROH
Nu sangat buruk          :           RCO2H

Mekanisme Substitusi Nukleofilik

Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2 adan SN1

Mekanisme SN2

Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon.
Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
  1. Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi, maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
  2. Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)- 2-butanol.


Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong oleh suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini OH mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder >> tersier.

Mekanisme serentak (Hughes-Ingold)
      Nukleofil (ion hidroksida) menyumbang sepasang elektron bebas melalui serangan dari arah belakang pada orbital anti ikatan dari atom Cα pada substrat (metil klorida)
Inversi (pembalikan) konfigurasi Walden
Contoh 1
Contoh 2

Mekanise SN1

Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan antara karbon dengan gugus pergi putus
Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk produk.

Reaksi SN1 antara molekul A dan nukleofil B memiliki tiga tahapan:
1.  Pembentukan sebuah karbokation dari A dengan pemisahan gugus lepas dari karbon; tahap ini berjalan dengan lambat dan reversibel
2.  Serangan nukleofilik: B bereaksi dengan A. Jika nukleofil tersebut adalah molekul netral (contoh: pelarut), tahap ketiga diperlukan agar reaksi ini selesai. Jika pelarutnya adalah air, maka zat antaranya adalah ion oksonium.
3.  Deprotonasi : Penyingkiran proton pada nukleofil yang terprotonasi oleh ion ataupun molekul di sekitar

Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:
  1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
  2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada tiga gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol rasemik.

         Spesies antaranya (intermediate species) adalah ion karbonium dengan geometrik planar sehingga air mempunyai peluang menyerang dari dua sisi (depan dan belakang) dengan peluang yang sama menghasilkan adalah campuran rasemik.
Reaksi substrat R-X yang melalui mekanisme SN1 akan berlangsung cepat jika R merupakan struktur tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer.  Hal ini  sesuai dengan urutan kestabilan ion karbonium, 3o > 2o >> 1o.

Perbandingan Mekanisme SN1 dan SN2
      Halida primer selalu bereaksi melalui mekanisme SN2, sedangkan halida tersier melalui mekanisme SN1. Pada halida sekunder, terdapat dua kemungkinan.
Berikut ini ada beberapa petunjuk yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu nukleofil adalah kuat atau lemah
Ion nukleofil bersifat nukleofil. Anion adalah pemberi elektron yang lebih baik daripada molekul netralnya.
Unsur yang berada pada periode bawah dalam tabel periodik cenderung merupakan nukleofil yang lebih kuat daripada unsur yang berada dalam periode di atasnya yang segolongan
Ada periode yang sama, unsur yang lebih elektronegatif cenderung merupakan nukleofil lebih lemah (karena ia lebih kuat memegang elektron).


Karena C dan N berada dalam periode yang sama, tidak mengherankan jika pada ion -:C-N: , yang bereaksi adalah karbon, karena sifat nukleofilnya lebih kuat.

Kinetika
Contoh: CH3I + OH ® CH3OH + I
              V = k[CH3I][OH], bimolekular
                        \ Kedua spesi terlibat dalam tahap penentu laju reaksi
            Reaktivitas:   R-I  >  R-Br  >  R-Cl  >>  R-F
                         \ Pemutusan ikatan C-X terlibat dalam penentu laju reaksi
            Þ serentak, mekanisme satu tahap


Postulat Hammond 
       
        Menjelaskan hubungan antara stabilitas karbokation dengan kecepatan reaksi dengan cara melihat tingkat energi dan struktur transition stateTransition state merepresentasikan energi maksimum. Mereka memiliki energi aktivasi yang tinggi dan segera membentuk spesies yang stabil. Bentuk transition state tidak dapat diisolasi, karena memiliki umur yang sangat singkat, postulat Hammond menyatakan bahwa kita dapat menggambarkan bentuk transition state dengan menggambar bentuk yang paling mendekati dengan struktur yang paling stabil. 


Referensi :
Allinger N. L., et al, 1976, Organic Chemistry, 2nd Edition, Worth Publishers, Inc., New York.
Hart, H., Organic Chemistry – a short Course, 5th Edition, Diterjemahkan oleh Achmadi S., 1983, 
Kimia Organik – Suatu Kursus Singkat, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.
McMurry, M., 1988, Organic Chemistry, 2nd Edition, Brooks/Cole Publishing Company, California.

Pertanyaan :

1. Mengapa karbokation yang lebih stabil akan menghasilkan produk dengan lebih cepat?
2. Mengapa karbokation yang lebih tersubstitusi lebih stabil?
3. Mengapa serangan Nu pada trigonal planar bisa dari atas dan bawah?








23 komentar:

  1. 3. Karena serangan Nu tersebut tidak bersifat stereospesifik. Probabilitas yang terjadi sama besar dan kedua sisi dapar membentuk ikatan dengan Nu tersebut.

    BalasHapus
  2. Saya ingin mencoba menjawab pertanyaan anda, menurut saya trigonal planar memiliki atom C alfa kiral. Karena jika atom Cα kiral, produk serangan dari atas dan dari bawah merupakan sepasang enantiomer. Karena peluang serangan dari kedua arah sama besar, campuran enantiomer itu memiliki nisbah 1:1 (campuran rasemat)

    BalasHapus
  3. Saya mencoba menambahkan jawaban saudara, bahwa Enantiomer adalah dua stereoisomer yang mana memperlihatkan tidak dapat dihimpitkan terhadap bayangan cerminnya. Stereoisomer adalah molekul-molekul yang mempunyai rumus molekul dan konektivitas sama tetapi berbeda posisi atom-atom penyusunnya atau bentuk tiga dimensi susunannya. Dari bentuk struktur inilah yang mempengaruhi serangan nukleofilik.

    BalasHapus
  4. Ada dua alasan mendasar untuk menjawab pertanyaan nomor 2 yaitu adanya efek induksi dari substituen dan hiperkonjugasi. Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan sigma yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom tetangga. Gugus alkil merupakan gugus pemberi elektron, sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation, sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.

    BalasHapus
  5. Saya mencoba menjawab, pertama yang harus kita tahu adalah urutan stabilitas karbokation adalah: karbokation tersier > sekunder > primer > metil. Karbokation yang paling stabil akan menghasilkan produk yang lebih cepat.

    BalasHapus
  6. Terimakasih imaa, pertama yang harus kita tahu adalah urutan stabilitas karbokation adalah: karbokation tersier > sekunder > primer > metil. Karbokation yang paling stabil akan menghasilkan produk yang lebih cepat.

    BalasHapus
  7. Ada dua alasan mendasar untuk menjawab pertanyaan nomor 2 yaitu adanya efek induksi dari substituen dan hiperkonjugasi. Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan sigma yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom tetangga. Gugus alkil merupakan gugus pemberi elektron, sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation, sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.

    BalasHapus
  8. 3. Karena serangan Nu tersebut tidak bersifat stereospesifik. Probabilitas yang terjadi sama besar dan kedua sisi dapar membentuk ikatan dengan Nu tersebut.

    BalasHapus
  9. Makasih ima,
    jawaban saaya ada dua alasan mendasar untuk menjawab pertanyaan nomor 2 yaitu adanya efek induksi dari substituen dan hiperkonjugasi. Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan sigma yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom tetangga. Gugus alkil merupakan gugus pemberi elektron, sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation, sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.

    BalasHapus
  10. Hai ima, lusi mau bantu jawab.
    Untuk nomor 2 menurut lusi gugus alkil dapat mendonorkan elektron nya sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation, sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.

    Kalau nmor tiga itu trigonal planar memiliki atom C alfa kiral. Karena jika atom Cα kiral, produk serangan dari atas dan dari bawah merupakan sepasang enantiomer. Karena peluang serangan dari kedua arah sama besar.

    BalasHapus
  11. Ada dua alasan mendasar untuk menjawab pertanyaan nomor 2 yaitu adanya efek induksi dari substituen dan hiperkonjugasi. Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan sigma yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom tetangga. Gugus alkil merupakan gugus pemberi elektron, sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation, sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.

    BalasHapus
  12. Terimakasih ima. Menurut saya, karbokation yang lebih stabil akan menghasilkan produk akhir dengan lebih cepat dibandingkan karbokation yang kurang stabil. Penjelasan tentang hubungan antara stabilitas karbokation dengan kecepatan reaksi pertama kali dijelaskan oleh Hammond. Lebih lanjut, penjelasan tersebut dikenal dengan istitah Postulat Hammond. Postulat ini menjelaskan hubungan antara stabilitas karbokation dengan kecepatan reaksi dengan cara melihat tingkat energi dan struktur transition state.

    BalasHapus
  13. Menurut saya, karbokation yang lebih stabil akan menghasilkan produk akhir dengan lebih cepat dibandingkan karbokation yang kurang stabil. Penjelasan tentang hubungan antara stabilitas karbokation dengan kecepatan reaksi pertama kali dijelaskan oleh Hammond. Lebih lanjut, penjelasan tersebut dikenal dengan istitah Postulat Hammond. Postulat ini menjelaskan hubungan antara stabilitas karbokation dengan kecepatan reaksi dengan cara melihat tingkat energi dan struktur transition state.

    BalasHapus
  14. Terimakasih ima, Ada dua alasan mendasar untuk menjawab pertanyaan nomor 2 yaitu adanya efek induksi dari substituen dan hiperkonjugasi. Efek induksi mengakibatkan pergeseran elektron dalam ikatan sigma yang diakibatkan perbedaan elektronegativitas atom tetangga. Gugus alkil merupakan gugus pemberi elektron, sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation, sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.

    BalasHapus
  15. Halo ima, terimakasih penjelasannnya. Saya akan mencoba menjawab pertama:
    yang harus kita tahu adalah urutan stabilitas karbokation adalah: karbokation tersier > sekunder > primer > metil. Karbokation yang paling stabil akan menghasilkan produk yang lebih cepat.

    BalasHapus
  16. jawaban saudara, bahwa Enantiomer adalah dua stereoisomer yang mana memperlihatkan tidak dapat dihimpitkan terhadap bayangan cerminnya. Stereoisomer adalah molekul-molekul yang mempunyai rumus molekul dan konektivitas sama tetapi berbeda posisi atom-atom penyusunnya atau bentuk tiga dimensi susunannya. Dari bentuk struktur inilah yang mempengaruhi serangan nukleofilik.

    BalasHapus
  17. Nomor 3 Karena serangan Nu tersebut tidak bersifat stereospesifik. Probabilitas yang terjadi sama besar dan kedua sisi dapar membentuk ikatan dengan Nu tersebut.

    BalasHapus
  18. Nomor 3 Karena serangan Nu tersebut tidak bersifat stereospesifik. Probabilitas yang terjadi sama besar dan kedua sisi dapar membentuk ikatan dengan Nu tersebut.

    BalasHapus
  19. Saya ingin mencoba menjawab pertanyaan anda, menurut saya trigonal planar memiliki atom C alfa kiral. Karena jika atom Cα kiral, produk serangan dari atas dan dari bawah merupakan sepasang enantiomer. Karena peluang serangan dari kedua arah sama besar, campuran enantiomer itu memiliki nisbah 1:1 (campuran rasemat)

    BalasHapus
  20. saya mau bantu jawab untuk nomor 2 dan 3, semoga membantu
    2. Gugus alkil merupakan gugus pemberi elektron, sehingga dapat menyetabilkan muatan positif pada karbokation, sedangkan atom hidrogen tidak dapat menyumbangkan elektron. Dengan demikian, semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbokation maka karbokation tersebut menjadi semakin stabil.
    3.trigonal planar memiliki atom C alfa kiral. Karena jika atom Cα kiral, produk serangan dari atas dan dari bawah merupakan sepasang enantiomer. Karena peluang serangan dari kedua arah sama besar.

    BalasHapus
  21. Nomor 3 Karena serangan Nu tersebut tidak bersifat stereospesifik. Probabilitas yang terjadi sama besar dan kedua sisi dapar membentuk ikatan dengan Nu tersebut.

    BalasHapus
  22. Halo ima, terimakasih penjelasannnya. Saya akan mencoba menjawab pertama:
    yang harus kita tahu adalah urutan stabilitas karbokation adalah: karbokation tersier > sekunder > primer > metil. Karbokation yang paling stabil akan menghasilkan produk yang lebih cepat.

    BalasHapus
  23. Saya mencoba menambahkan jawaban saudara, bahwa Enantiomer adalah dua stereoisomer yang mana memperlihatkan tidak dapat dihimpitkan terhadap bayangan cerminnya. Stereoisomer adalah molekul-molekul yang mempunyai rumus molekul dan konektivitas sama tetapi berbeda posisi atom-atom penyusunnya atau bentuk tiga dimensi susunannya. Dari bentuk struktur inilah yang mempengaruhi serangan nukleofilik.

    BalasHapus